Ibu, hari ini kata orang-orang adalah hari Ibu. Tak ku pungkiri ada
sesuatu yang berdesir jika ku mengingat segala tentangmu. Bukannya
gengsi, tapi sungguh ku malu jika tak bisa menyembunyikan air mataku.
Sungguh ku tak bisa membayangkan apa kata orang jika aku menangis
gara-gara teringat Ibu. Hatiku sangat keras Ibu. Tapi percayalah, jauh,
jauh sekali di kedalamannya, hati ini sangat lemah, sangat lemah Ibu,
apalagi tanpamu.
Beberapa hari ini kita bertarung bersama,
berjuang berdua dan dibantu keluarga aneh kita. Beberapa hari ini kita
begadang bersama, niatnya, karena selalu saja aku tertidur lebih awal
dan Ibu tetap membuka mata hingga tengah malam. Beberapa hari ini aku
berlari untukmu, mengejar deadline skripsi Ibu. Meski aku hanya
membantu, tapi jujur kurasa pedih juga di mata. Meskipun aku hanya
membantu, tapi jujur kurasa lelah juga di badan. Dan meskipun aku hanya
membantu, tapi kurasa kantuk teramat dalam di pagi hari jika kita
begadang di malam harinya.
Maaf Ibu, aku hanya anakmu yang
tekadnya tak sebulat tekadmu. Maaf Ibu, aku hanya anakmu yang lelahnya
datang lebih cepat dari lelahmu. Maaf Ibu, aku hanya anakmu yang sangat
menyukai tidur dan tak bisa begadang bergulat dengan skripsi lebih lama
bersamamu.
Ya Allah, apa aku telah mengeluh?
Ya
Allah, apa aku pantas mengeluh karena Ibu?
Dulu, sewaktu
aku masih menjadi manusia baru, Ibu selalu menemaniku, kemana saja,
melakukan apa saja.
Dulu, sewaktu aku baru keluar dari rahimmu,
banyak ulahku yang membuat Ibu harus begadang sepanjang waktu.
Dulu,
sewaktu aku sakit yang memaksaku untuk tak membuka mata berhari-hari,
Ibu menjadi mata untukku.
Dulu, hingga kini dan sekarang,
kasihmu itu masih segar mengalir.
Dulu, hingga kini dan sekarang,
apapun yang kulakukan tak mungkin bisa menggantikan.
Dulu, hingga
kini dan sekarang, tak mungkin usai dan selesai aku berusaha
bahagiakanmu.
Ibu, maaf atas semua keluhanku...
Dimana
skripsi Ibu, akan kubantu selesaikan sekarang juga untukmu...
_by endahaibara_
0 celoteh: